1.
PLASENTA
Plasenta adalah suatu barier (penghalang) terhadap bakteri dan virus, akan tetapi tidak
efektif dan dewasa ini diragukan sekali bakteri2 dan virus-viruz tertentu di
dalam darah ibu dapat melewati placenta dan menyebabkan kelainan pada janin
yang terkenal adalah pada penyakit rubela. Dan pembuatan hormon-hormon,
khususnya korionik gonadotropin, korioniksomato-mammotropin (placental
laktogen), estrogen dan progesteron. Korionik tirotropin dan relaksin pun dapat
diisolasi dari jaringan placenta. Kemungkinan bahwa masih ada hormon-hormon lain
dalam rangka fungsi plasenta, khususnya dalam fungsi hormonal dalam kehamilan
masih haruz diselidiki lebih lanjut.
a.
Struktur Plasenta
Placenta
berbentuk bundar/hampir bundar : diameter 15-20cm & tebal ±2,5cm, berat
rata-rata 500gr. Umumnya placenta terbentuk lengkap pada kehamilan < 16 mgg
dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Letak placenta umumnya di depan/di belakang dinding uterus, agak
ke atas kearah fundus uteri. Karena alasan
fisiologis, permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih
banyak tempat untuk berimplementasi. Jika diteliti benar, maka placenta
sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu villi
koriales/jonjot chorion & sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari
desidua basalis.
b.
Letak Plasenta
Letak plasenta umumnya di depan atau di
belkang dinding uterus,agak ke atas arah fundus uteri.Hal ini ialah fisologis karena permukaan bagian atas korpus
uteri lebih luas,sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi.Bila di
teliti benar,maka plasenta sebenrnya berasal dari sebagian besar dari bagian
janin,yaitu villi koriales yang berasal dari korion dan sebagian kecil dari
bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.
Darah ibu yang berada di ruang interviller
berasal dari spiral arteries yang berada di desidua basalis.Pada sistol darah
disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur kedalam ruamg
interviller sampai mencapai chorionic
plate pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi
semua villi koriales dan kembali perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke
vena-vena di desidua.
Di tempat-tempat tertentu ada
implantasiplacenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah
kembali. Pada pinggir placenta di beberapa tempat terdapat pula suatu ruang
vena yang luas untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller
diatas. Ruang ini disebut sinus marginalis.
c.
Pembentukan
plasenta
Pada hari
8-9, perkembangan trofoblas sangat cepat, dari selapis sel tumbuh menjadi
berlapis-lapis. Terbentuk rongga-rongga vakuola yang banyak pada lapisan
sinsitiotrofoblas (selanjutnya disebut sinsitium) yang akhirnya saling
berhubungan. Stadium ini disebut stadium berongga (lacunar stage).
Pertumbuhan sinsitium
ke dalam stroma endometrium makin dalam kemudian terjadi perusakan endotel
kapiler di sekitarnya, sehingga rongga-rongga sinsitium (sistem lakuna)
tersebut dialiri masuk oleh darah ibu, membentuk sinusoid-sinusoid. Peristiwa
ini menjadi awal terbentuknya sistem sirkulasi uteroplasenta / sistem sirkulasi
feto-maternal.
Sementara
itu, di antara lapisan dalam sitotrofoblas dengan selapis sel selaput Heuser,
terbentuk sekelompok sel baru yang berasal dari trofoblas dan membentuk
jaringan penyambung yang lembut, yang disebut mesoderm ekstraembrional. Bagian
yang berbatasan dengan sitotrofoblas disebut mesoderm ekstraembrional
somatopleural, kemudian akan menjadi selaput korion (chorionic plate).
Bagian yang
berbatasan dengan selaput Heuser dan menutupi bakal yolk sac disebut mesoderm ekstraembrional
splanknopleural. Menjelang akhir minggu kedua (hari 13-14), seluruh lingkaran
blastokista telah terbenam dalam uterus dan diliputi pertumbuhan trofoblas yang
telah dialiri darah ibu. Meski demikian, hanya sistem trofoblas di daerah dekat
embrioblas saja yang berkembang lebih aktif dibandingkan daerah lainnya.
Di dalam
lapisan mesoderm ekstraembrional juga terbentuk celah-celah yang makin lama
makin besar dan bersatu, sehingga terjadilah rongga yang memisahkan kandung
kuning telur makin jauh dari sitotrofoblas. Rongga ini disebut rongga selom
ekstraembrional (extraembryonal coelomic space) atau rongga korion (chorionic
space)
Di sisi
embrioblas (kutub embrional), tampak sel-sel kuboid lapisan sitotrofoblas mengadakan
invasi ke arah lapisan sinsitium, membentuk sekelompok sel yang dikelilingi
sinsitium disebut jonjot-jonjot primer (primary stem villi). Jonjot ini
memanjang sampai bertemu dengan aliran darah ibu.
Pada awal
minggu ketiga, mesoderm ekstraembrional somatopleural yang terdapat di bawah
jonjot-jonjot primer (bagian dari selaput korion di daerah kutub embrional),
ikut menginvasi ke dalam jonjot sehingga membentuk jonjot sekunder (secondary
stem villi) yang terdiri dari inti mesoderm dilapisi selapis sel sitotrofoblas
dan sinsitiotrofoblas.
Menjelang
akhir minggu ketiga, dengan karakteristik angiogenik yang dimilikinya, mesoderm
dalam jonjot tersebut berdiferensiasi menjadi sel darah dan pembuluh kapiler,
sehingga jonjot yang tadinya hanya selular kemudian menjadi suatu jaringan
vaskular (disebut jonjot tersier / tertiary stem villi) (selanjutnya lihat
bagian selaput janin).
Selom
ekstraembrional / rongga korion makin lama makin luas, sehingga jaringan
embrional makin terpisah dari sitotrofoblas / selaput korion, hanya dihubungkan
oleh sedikit jaringan mesoderm yang kemudian menjadi tangkai penghubung
(connecting stalk). Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan
angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting
stalk tersebut akan menjadi TALI PUSAT.
Setelah
infiltrasi pembuluh darah trofoblas ke dalam sirkulasi uterus, seiring dengan
perkembangan trofoblas menjadi plasenta dewasa, terbentuklah komponen sirkulasi
utero-plasenta. Melalui pembuluh darah tali pusat, sirkulasi utero-plasenta
dihubungkan dengan sirkulasi janin. Meskipun demikian, darah ibu dan darah
janin tetap tidak bercampur menjadi satu (disebut sistem hemochorial), tetap
terpisah oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan korion.
Dengan
demikian, komponen sirkulasi dari ibu (maternal) berhubungan dengan komponen
sirkulasi dari janin (fetal) melalui plasenta dan tali pusat. Sistem tersebut
dinamakan sirkulasi feto-maternal.
Plasenta “dewasa”
/ lengkap yang normal :
1. bentuk bundar
/ oval
2. diameter 15-25
cm, tebal 3-5 cm.
3. berat
rata-rata 500-600 g
4. insersi tali
pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat di tengah / sentralis, di
samping / lateralis, atau di ujung tepi / marginalis.
5. di sisi ibu,
tampak daerah2 yang agak menonjol (kotiledon) yang diliputi selaput tipis
desidua basalis.
6. di sisi
janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh korion) menuju tali
pusat. Korion diliputi oleh amnion.
7. sirkulasi
darah ibu di plasenta sekitar 300 cc/menit (20 minggu) meningkat sampai 600-700
cc/menit (aterm).
d. Hormon
yang dihasilkan Plasenta
Hormon
yang dihasilkan Plasenta antara lain :
·
Human
chorionic gonadotropin (HCG),
·
Chorionic
somatomammotropin (placental lactogen),
·
Estrogen,
·
Progesteron,
·
Tirotropin
korionik dan relaksin,
·
Hormon-hormon
lain.
e. Fungsi
Placenta
Fungsi placenta ialah mengusahan janin tumbuh
dengan baik. Untuk pertumbuhan ini dibutuhkan adanya penyaluran zat asam, asam
amino, vitamin dan mineral dari ibu ke janin, dan pembuangan CO2
serta sampah metabolisme janin ke peredaran darah ibu. Dapat dikemukakan bahwa
fungsi placenta adalah:
1.
Sebagai alat yang
memberi makanan pada janin (nutritif).
2.
Sebagai alat yang
mengeluarkan metabolisme (ekskresi).
3.
Sebagai alat yang
memberi zat asam, dan mengeluarkan zat CO2 (respirasi)
4.
Endokrin :
menghasilkan hormon-hormon : hCG, HPL, estrogen,progesteron, dan sebagainya
(cari / baca sendiri).
5.
Imunologi :
menyalurkan berbagai komponen antibodi ke janin
6.
Farmakologi :
menyalurkan obat-obatan yang mungkin diperlukan janin, yang diberikan melalui
ibu.
7.
Proteksi :
barrier terhadap infeksi bakteri dan virus, zat-zat toksik (tetapi akhir2 ini
diragukan, karena pada kenyataanya janin sangat mudah terpapar infeksi /
intoksikasi yang dialami ibunya).
perlu dikemukakan bahwa plasenta dapat pula
dilewati kuman-kuman dan obat-obat tertentu. Penyaluran zat makanan dan zat
lain dari ibu ke janin dan sebaliknya harus melewati lapisan trofoblas
placenta. Cepatnya penyaluran zat-zat tersebut tergantung pada konsentrasinya dikedua
belah lapisan trofoblas, tebalnya lapisan trofoblas, besarnya permukaan yang
memisahkan dan jenis zat.
Janin sendiri hanya mempunyai kemampuan
terbatas untuk membentuk antibodi. Untungnya molekul antibodi tertentu dari ibu
dapat masuk ke janin, sehingga dapat melindungi janin secara pasif. Umpanya,
jika ibu dapat vaksinasi cacar (pariola), difteria, poliomielitis atau jika ibu
waktu hamil menderita sakit campak, dapat suntikan tetanus toksoid dan
sebagainya. Kekebalan yang diperoleh janin dapatberlangsung terus hingga6 bulan
setelah dilahirkan.
f.
Sirkulasi placenta
Darah ibu yg berada di ruang interviller berasal dari
spiral arteries yangn berada di desidua basalis. Pada sistosel darah
disemprotkan dengan tekanan 70-80mmhg seperti air mancur ke dalam ruang
interviler sampai mencapai chorionic plate, pangkal kotiledon-kotiledon janin.
Darah tersebut membasahi semua villi koriales & kembali perlahan-lahan
dengan tekanan 80mmhg ke vena-vena di desidua.
Di tempat-tempat tertentu
ada implantasiplacenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung
darah kembali. Pada pinggir placenta di beberapa tempat terdapat pula suatu
rung vena yang luas untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller
diatas. Ruang ini disebut sinus marginalis.
Darah ibu yang mengalir
di seluruh placenta diperkirakan menaik dari 300 ml tiap menit pada kehamilan
20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu. Seluruh ruang
interviller tanpa villi koriales mempunyai volume lebih kurang 150-250 ml.
Permukaan semua villi koriales diperkirakan seluas lebih kurang 11 m2.
Dengan demikian pertukaran zat-zat makanan terjamin benar.
Perubahan-perubahan
terjadi pula pada jonjot-jonjot selama kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24
minggu lapisan sinsitium dari villi tidak berubah, akan tetapi dari lapisan
sititrofoblas sel-sel berkurangdan hanya ditemukan sebagai kelompok sel-sel,
stroma jonjot menjadi lebih padat, mengandung fagosit-fagosit, dan
pembuluh-pembuluh darahnya menjadi lebih besar dan lebih mendekati lapisan
trofoblas. Pada kehamilan 36 minggu sebagian besar sel-selsitotrofoblas tak ada
lagi, akan tetapi antara sirkulasi ibu dan janin selalu ada lapisan trofoblas.
Terjadi klasifikasi pembuluh-pembuluh darah dalam jonjot dan pembentukan fibrin
di permukaan beberapa jonjot. Kedua hal terakhir ini mengakibatkan pertukaran
zat-zat makanan, zat asam, dan sebagainya antara ibu dan janin mulai terganggu.
Deposit fibrin ini dapat
terjadi sepanjang masa kehamilan sedangkan banyaknya juga berbeda-beda. Jika
banyak, maka deposit ini dapat menutup villi dan villi itu kehilangan hubungan
dengan darah ibu lalu berdegenerasi. Dengan demikian, timbullah infark.
g.
Tipe-Tipe
Plasenta
1. Menurut Bentuknya
·
plasenta
normal
·
plasenta
membranasea (tipis)
·
plasenta
suksenturiata (satu lobus terpisah)
·
plasenta
spuria
·
plasenta bilobus (2 lobus)
·
plasenta trilobus ( 3 lobus)
2. Menurut Pelekatan dengan Dinding Rahim
·
plasenta
adhesiva (melekat)
·
plasenta
akreta (lebih melekat)
·
plasenta
inkreta (sampai ke otot polos)
·
plasenta
perkreta (sampai ke serosa)
2. TALI PUSAT
Tali pusat
atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam
kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama
kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu bayi lahir,
saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau
dijepit.
Mesoderm
connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan
berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali
pusat.
Pada tahap
awal perkembangan, rongga perut masih terlalu kecil untuk usus yang berkembang,
sehingga sebagian usus terdesak ke dalam rongga selom ekstraembrional pada tali
pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga, penonjolan lengkung usus (intestional
loop) ini masuk kembali ke dalam rongga abdomen janin yang telah membesar.
Kandung
kuning telur (yolk-sac) dan tangkai kandung kuning telur (ductus vitellinus)
yang terletak dalam rongga korion, yang juga tercakup dalam connecting stalk,
juga tertutup bersamaan dengan proses semakin bersatunya amnion dengan korion.
Setelah
struktur lengkung usus, kandung kuning telur dan duktus vitellinus menghilang,
tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilikal (2 arteri
umbilikalis dan 1 vena umbilikalis) yang menghubungkan sirkulasi janin dengan
plasenta.
Pembuluh darah umbilikal ini diliputi oleh mukopolisakarida yang disebut Wharton’s jelly.
Pembuluh darah umbilikal ini diliputi oleh mukopolisakarida yang disebut Wharton’s jelly.
1. Letak :
Funiculus umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah
umbilicus fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut.
Funiculus umbicalis secara normal berinsersi di bagian tengah plasenta.
2. Bentuk :
Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah
plasenta sampai ke umbilicus fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral.
3. Ukuran : Pada
saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 40-50 cm dan diameternya 1-2 cm.
Hal ini cukup untuk kelahiran bayi tanpa menarik plasenta keluar dari rahim
ibu. Tali pusat menjadi lebih panjang jika jumlah air ketuban pada kehamilan
trimester pertama dan kedua relatif banyak, diserta dengan mobilitas bayi yang
sering. Sebaliknya, jika oligohidromnion dan janin kurang gerak (pada kelainan
motorik janin), maka umumnya tali pusat lebih pendek. Kerugian apabila tali
pusat terlalu panjang adalah dapat terjadi lilitan di sekitar leher atau tubuh
janin atau menjadi ikatan yang dapat menyebabkan oklusi pembuluh darah
khususnya pada saat persalinan.
a.
Stuktur
Tali Pusat
1. Amnion :
Menutupi funiculus umbicalis dan merupakan lanjutan amnion yang menutupi
permukaan fetal plasenta. Pada ujung fetal amnion melanjutkan diri dengan kulit
yang menutupi abdomen. Baik kulit maupun membran amnion berasal dari ektoderm.
2. Tiga pembuluh
darah : Setelah struktur lengkung usus, yolk sack dan duktus vitellinus
menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilikal yang
menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta. Ketiga pembuluh darah itu saling
berpilin di dalam funiculus umbilicalis dan melanjutkan sebagai pembuluh darah
kecil pada vili korion plasenta. Kekuatan aliran darah (kurang lebih 400 ml/
menit) dalam tali pusat membantu mempertahankan tali pusat dalam posisi relatif
lurus dan mencegah terbelitnya tali pusat tersebut ketika janin bergerak-gerak.
Ketiga pembuluh darah tersebut yaitu :
·
Satu vena umbilicalis membawa oksigen dan memberi nutrien ke
sistem peredaran darah fetus dari darah maternal yang terletak di dalam spatium
choriodeciduale.
·
Dua arteri umbilicalis mengembalikan produk sisa (limbah) dari
fetus ke plasenta dimana produk sisa tersebut diasimilasi ke dalam peredaran
darah maternal untuk di ekskresikan.
3. Jeli Wharton
: Merupakan zat yang berkonsistensi lengket yang mengelilingi pembuluh darah
pada funiculus umbilicalis. Jeli Warthon merupakan subtansi seperti jeli, juga
berasal dari mesoderm seperti halnya pembuluh darah. Jeli ini melindungi
pembuluh darah tersebut terhadap kompresi, sehingga pemberian makanan yang
kontinyu untuk janin dapat di jamin. Selain itu juga dapat membantu mencegah
penekukan tali pusat. Jeli warthon ini akan mengembang jika terkena udara. Jeli
Warthon ini kadang-kadang terkumpul sebagai gempalan kecil dan membentuk simpul
palsu di dalam funiculus umbilicalis. Jumlah jeli inilah yang menyebabkan
funiculus umbilicalis menjadi tebal atau tipis.
b.
Fungsi Tali
Pusat
Fungsi tali pusat yaitu :
·
Sebagai saluran yang menghubungkan antara plasenta dan bagian
tubuh janin sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan dan antibodi dari
ibu yang sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena
umbilicalis.
·
Saluran pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon
dioksida yang akan meresap keluar melalui arteri umbilicalis.
c.
Sirkulasi
Tali Pusat
Fetus yang
sedang membesar di dalam uterus ibu mempunyai dua keperluan yang sangat penting
dan harus dipenuhi, yaitu bekalan oksigen dan nutrien serta penyingkiran bahan
kumuh yang dihasilkan oleh sel-selnya. Jika keperluan ini tidak dapat dipenuhi,
fetus akan menghadapi masalah dan mungkin maut. Struktur yang bertanggung jawab
untuk memenuhi keperluan fetus ialah plasenta. Plasenta yang terdiri daripada
tisu fetus dan tisu ibu terbentuk dengan lengkapnya pada ujung minggu yang
ke-16 kehamilan.
Gambar 1.1 Letak janin dalam kandungan ibu
Pada plasenta
banyak terdapat unjuran seperti “Jari” atau vilus tumbuh dari membran yang
menyelimuti fetus dan menembusi dinding uterus, yaitu endometrium. Endometrium
pada uterus adalah kaya dengan aliran darah ibu. Di dalarn vilus terdapat jaringan
kapilari darah fetus. Darah yang kaya dengan oksigen dan nutrien ini dibawa
melalui vena umbilicalis yang terdapat di dalam tali pusat ke fetus.
Sebaliknya, darah yang sampai ke vilus dari fetus melalui arteri umbilicalis
dalam tali pusat mengandungi bahan kumuh seperti karbon dioksida dan urea.
Bahan kumuh ini akan meresap merentas membran dan memasuki darah ibu yang
terdapat di sekeliling vilus. Pertukaran oksigen, nutrien, dan bahan kumuh
lazimnya berlaku melalui proses resapan. Dengan cara ini, keperluan bayi dapat
dipenuhi.
Walaupun
darah ibu dan darah fetus dalam vilus adalah begitu rapat, tetapi kedua-dua
darah tidak bercampur kerana dipisahkan oleh suatu membran. Oksigen, air,
glukosa, asid amino, lipid, garam mineral, vitamin, hormon, dan antibodi dari
darah ibu perlu menembus membran ini dan memasuki kapilari darah fetus yang
terdapat dalam vilus. Selain oksigen dan nutrien, antibodi dari darah ibu juga
meresap ke dalarn darah fetus melalui plasenta. Antibodi ini melindungi fetus
dan bayi yang dilahirkan daripada jangkitan penyakit.
Gambar 1.2
Sirkulasi pada tali pusat pada janin
d.
Kelainan
Letak Tali Pusat
Tali pusat
secara normal berinsersi di bagian sentral ke dalam permukaan fetal plasenta.
Namun, ada beberapa yang memiliki kelainan letak seperti :
1. Insersi tali
pusat Battledore ® Pada kasus ini tali pusat terhubung ke palin pinggir
plasenta seperti bentuk bet tenis meja. Kondisi ini tidak bermasalah kecuali
sambungannya rapuh.
2. Insersi tali
pusat Velamentous ® Tali pusat berinsersi ke dalam membran agak jauh dari
pinggir plasenta. Pembuluh darah umbilikus melewati membran mulai dari tali
pusat ke plasenta. Bila letak plasenta normal, tidak berbahaya untuk janin,
tetapi tali pusat dapat terputus bila dilakukan tarikan pada penanganan aktif di
kala tiga persalinan.
Tali pusat
terdapat antara pusat janin dan permukaan foetal placenta. Warnanya dari luar putih
& bukan merupakan tali yang lurus tetapi yang berpilin. Panjangnya ±55cm
(30 – 100cm) & diameter 1-1,5cm. Pembuluh-pembuluh darahnya biasanya lebih
panjang dari tali pusatnya sendiri sehingga pembuluh berkelok-kelok. Kadang-kadang menimbulkan tonolan pada
permukaan tali pusat & diber nama simpul palsu. Insersi/letak tali pusat ke placenta :
·
Tengah : insertio
sentralis
·
Sedikit ke samping: insertio
paracentralis
·
Samping : insertio
lateralis
·
Pinggir : insertio
marginalis
·
Di luar placenta/di
selaput janin : insertio velamentosa
Tali pusat
diliputi oleh amnion, yanng sangat erat
melekat. Tali pusat mengandung 2 arteri umbilikalis & 1 vena
umbilikalis, selebihnya terisi oleh zat seperti agar – agar yang disebut sele
wharton (wharton’s jelly). wharton’s jelly mengandung banyak air, maka setelah
bayi lahir, tali pusat mudah menjadi kering dan lekas terlepas dari pusar bayi.
Tali pusat juga mengandung sisa-sisa dari kandung kuning telur & allantois
yang hanya dilihat dengan microscop.
Sumber : tugas kuliah
0 comments
Post a Comment