a.
Definisi
Pre Eklamsia
Pre
eklamsi merupakan suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan, terjadi setelah
minggu ke- 20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria, edema juga
dapat terjadi (Wijayarini, Maria:2001)
Pre
eklamsi di sebut juga hipertensi pada kehamilan, merupakan kelainan yang tidak di
ketahui etiologinya yang terjadi dalam kehamilan, di manifestasikan dengan
hipertensi ( tekanan sistolik 30 mmHg atau tekanan diastolik 15 mmHg di atas
nilai dasar). Edema, proteinusia ( pre eklamsia) yang dapat berlanjut pada
kejang atau koma(eklamsia) (Marilyn E. Doengus: 2001: 178)
Pre
eklamsi ialah penyakit dengan tanda – tanda hipertensi, edema, dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan, umumnya terjadi dalam triwulan ke- 3 kehamilan,
tetapi dapat terjadi sebelumnya ( Sarwono Prawihardjo, 1999: 282)
Preeklamsi
merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah
minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal (Bobak,
2005:62).
Dapat
disimpulkan bahwa preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,
edema dan proteinuria setelah usia kehamilan 20 minggu pada wanita yang
sebelumnya memiliki tekanan darah normal.
b.
Etiologi
Pre Eklamsia
Pre
eklamsi sering terjadi pada kehamilan pertama dan pada wanita yang memiliki
sejarah pre eklamsi di keluarganya. Resiko lebih tinggi terjadi pada wanita
yang memiliki banyak anak, ibu hamil, usia remaja, dan wanita hamil di atas
usia 40 tahun. Selain itu, wanita dengan tekanan darah tinggi atau memiliki
gangguan ginjal sebelum hamil juga beresiko tinggi mengalami pre eklamsi.
Penyebab sesungguhnya masih belum di ketahui (www.kalbe.co.id,
diaskes 21 april 2008)
Ada
beberapa teori menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut di atas,
sehingga kelaianan ini sering di kenal sebagai the disease of theory (Zweifel, 1916). Adapun teori – teori
tersebut antara lain:
Faktor predisposisi:
1) Primigravida
atau multipara, terutama pada umur reproduksi eksterm, yaitu remaja dan umur 35
tahun ke atas.
2) Multigravida
dengan kondisi klinis:
a)
Kehamilan ganda dan hidrops fetalis
b)
Penyakit vaskuler
termasuk hipertensi esensial kronik dan diabetes melitus
c)
Penyakit ginjal
3) Hiperplasentosis
4) Riwayat
keluarga pernah Pre eklamsi dan eklamsi
5) Obesitas
dan hidramion
6) Gizi
yan kurang dan anemi
7) Kasus
– kasus dengan asam urat yang tinggi, defisiensi kalsium, defisiensi asam lemak
tidak jenuh kurang anti oksidan.
c.
Tanda
dan Gejala Pre Eklamsia
Menurut Williams, 2002
: 399, diagnosis preeklamsi ditegakan berdasarkan adanya dua dari empat gejala,
yaitu:
1) Penambahan
berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali.
2) Edema,
terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan
muka.
3) Hipertensi,
tekanan darah ≥ 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat >30 mmHg atau
tekanan diastolic >15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30
menit.
4) Proteiunuria
bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau
pemeriksaan menunjukan+1 atau 2; atau kadar protein ≥1g/l dalam urin yang
dikeluarkan dengan kateter, diambil minimal dua kali dengan jarak waktu 6 jam.
Disebut
preeklamsi berat bila ditemukan gejala berikut:
a)
Tekanan darah sistolik
≥160 mmHg dan diastolic ≥110 mmHg.
b)
Proteinuria +≥5 gram/24
jam
c)
Sakit kepala hebat atau
gangguan penglihatan.
d) Nyeri
epigastrium dan icterus.
e)
Edema paru atau
sianosis.
f)
Trombositipenia.
g)
Pertumbuhan janin
terlambat.
d.
Klasifikasi
Pre Eklamsia
Menurut
dr. Ida Ayu Chandranita Manuaba, SpOG, 2010 : 265, pembagian pre eklamsi
terdiri dari:
1) Pre
eklamsi ringan
Tanda klinis:
a) Tekanan
darah sistolik naik lebih dari 30 mmHg atau diastolik lebih dari 15 mmHg (dari
sebelum hamil) pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
b) Protein
urine 0,3 gr/lt/24 jam atau secara kualitatif (++)
c) Edema
pada dingding perut, wajah, tangan, dan edema pretibial
2) Pre
eklamsi berat
Kehamilan 20 minggu
atau lebih dengan satu tanda berikut atau lebih:
a) Tekanan
sistolik ≥ 160 mmHg, diastolik ≥110 mmHg, tekanan darah menurun meski ibu sudah
di rawat di rumah sakit dan tirah baring
b) Proteinuri
5 gr atau lebih dalam 24 jam
c) Oliguri
yaitu produksi urine > 400 cc/ 24 jam, dan kreatinin meningkat
d) Adanya
gejala – gejal impending eklamsia: gangguang visus, gangguan serebral, nyeri
epigastrium, hiperrefleksia
e) Edema
paru dan cyanosis
f) Trombositopenia
( trombosit < 100000/mm)
g) Adanya
“The HELP Syndrome” (H: hemolysis ELL: elevated liver enzyms dan P: low
platelet count
e.
Patofisiologi
Pre Eklamsia
Pada
kehamilan dengan pre eklamsia dapat terjadi tekanan intra uterin atau kelainan
pada pembuluh darah sehingga aliran darah di uteri plasenta terganggu yang
akibatnya terjadi iskemia uteri. Hal ini dapat menimbulkan pengeluaran renin
dan terjadi penurunan aliran darah dari uterus mengalir ke seluruh tubuh ibu
dalam merangsang angiotensi I dan II yang mempunyai khasiat dalam spasme
pembuluh darah dan menimbulkan hipertensi.
Kenaikan
berat badan dan edema yng di sebabkan penimbunan cairan yang berlebih dalam
ruang instertisial belum diketahui sebabnya. Pada pre eklamsia di jumpai kadar
aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada
kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan
mengatur retensi garam dan natrium. Pada pre eklamsia permeabilitas pembuluh
darah terhadap protein meningkat.
Perubahan pada organ –
organ meliputi:
1) Otak
Pada
pre eklamsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas – batas
normal. Pada eklamsia, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula
pada pembuluh darah otak. Edema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan
kelainan serebral dan gangguan visus, bahkan dalam keadaan lanjut dapat terjadi
pendarahan.
2) Plasenta
dan Uterus
Aliran
darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan pada plasenta, sehingga
terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat
janin. Pada pre eklamsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaannya
terhadap rangsang, sehingga terjadi partus prematurus.
3) Ginjal
Filtrasi
glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini menyebabkan
filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya terjadilah
retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50 % dari normal
sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.
4) Paru
– Paru
Kematian
ibu pada pre eklamsia dan eklamsia biasanya di sebabkan oleh edema paru yang
menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya aspirasi pnemonia
atau abses paru.
5) Mata
Dapat
di jumpai dapat terjadinya edema retina dan spasme pembuluh darah. Bila terjadi
hal – hal tersebut, maka harus di curigai terjadinya pre eklamsia berat. Pada
eklamsia dapat terjadi ablasio retina yang di sebabkan edema intra okuler dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejal lain
yang dapat menunjukan pre eklamsia berat mengarah pada eklamsia< adalah
adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini di sebabkan oleh adanya
perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau di
dalam retina.
6) Keseimbangan
Cairan dan Elektrolit
Pada
pre eklamsia ringan biasanya tidak di jumpai perubahan metabolisme air ,
elektrolit, kristaloid, dan protein serum. Jika tidak, terjadi gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Sedangkan pada pre eklamsia berat, kadar
gula darah dapt naik untuk sementara, asam lktat, asam organik lainnya
naik,sehinnga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya di sebabkan oleh
kejang – kejang. Setelah konvulsi selesai zat – zat organik di oksidasi dan di
lepaskan, natrium yang kemudian bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk
natrium bikarbonat. Dengan demikian cadangan alkali dapat kembali dalam batas
normal (M. Rustam, 1998:200)
0 comments
Post a Comment