ALT/TEXT GAMBAR
Powered by Blogger.

Sponsor Kami

Featured Video

Berbagi Indah Pada Waktunya Dengan Dunia ILMU

Total de visualizações

Followers

Sunday 10 June 2012

HERNIA INGUINALIS

ALT/TEXT GAMBAR
 
A        Pengertian
Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia terisi secara normal (Lewis,SM, 2003).
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus/lateralis menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen melalui anulus inguinalis externa/medialis (Mansjoer A,dkk 2000).
Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus inginalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital. ( Cecily L. Betz, 2004).
Hernia Inguinalis adalah  suatu penonjolan kandungan ruangan tubuh melalui dinding yang dalam keadaan normal tertutup (Ignatavicus,dkk 2004).

B        Anatomi Fisiologi
Otot-otot dinding perut dibagi empat yakni musculus rectus abdominis, musculus, obliqus abdominis internus, musculus transversus abdominis. Kanalis inguinalis timbul akibat descensus testiculorum, dimana testis tidak menembus dinding perut melainkan mendorong dinding ventral perut ke depan. Saluran ini berjalan dari kranio-lateral ke medio-kaudal, sejajar ligamentum inguinalis, panjangnya : + 4 cm. (Brunner & Suddarth, 2000)
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yag merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis muskulus transversus abdominis di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum. Kanal ini dibatasi oleh anulus eksternus. Atap ialah aponeurosis muskulus ablikus eksternus dan didasarnya terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma serta sensitibilitas kulit regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil kulit, tungkai atas bagian proksimedial (Martini, H 2001).
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaiknya bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia transversal yang kuat yang menutupi triganum hasselbaeh yang umumnya hampir tidak berotot sehingga adanya gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis (Martini, H 2001)
C        Klasifikasi
Hernia inguinalis, terdiri dari 2 macam yaitu :
1.       Hernia inguinalis indirect atau disebut juga hernia inguinalis lateralis yaitu hernia yang terjadi melalui cincin inguinal dan mengikuti saluran spermatik melalui kanalis inguinalis (Lewis,SM, 2003).
2.       Hernia inguinalis direct yang disebut juga hernia inguinalis medialis yaitu hernia yang menonjol melalui dinding inguinal posterior di area yang mengalami kelemahan otot melalui trigonum hesselbach bukan melalui kanalis, biasanya terjadi pada lanjut usia (Ignatavicus,dkk 2004).

D        Etiologi
Menurut Black,J dkk (2002).Medical Surgical Nursing, edisi 4. Pensylvania: W.B Saunders, penyebab hernia inguinalis adalah :
1.    Kelemahan otot dinding abdomen.
1.       Kelemahan jaringan
2.       Adanya daerah yang luas diligamen inguinal
3.       Trauma
1.    Peningkatan tekanan intra abdominal.
1.       Obesitas
2.       Mengangkat benda berat
3.       Mengejan  Konstipasi
4.       Kehamilan
5.       Batuk kronik
6.       Hipertropi prostate
1.    Faktor resiko: kelainan congenital

E         Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah  penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren (Oswari, E. 2000).
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen (Nettina, 2001).
F         Manifestasi Klinik
1.       Penonjolan di daerah inguinal
2.       Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi.
3.       Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram dan distensi abdomen.
4.       Terdengar bising usus pada benjolan
5.       Kembung
6.       Perubahan pola eliminasi BAB
7.       Gelisah
8.       Dehidrasi
9.       Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat pasien berdiri atau mendorong.

G       Pemeriksaan Penunjang
1.       Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.
2.       Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.

H       Komplikasi
1.       Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2.       Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.
3.       Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis strangulata.
4.       Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
5.       Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan obstipasi.
6.       Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
7.       Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
8.       Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9.       Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.

I          Manajemen bedah
1.    Perawatan pre operasi
Persiapan fisik dan mental pasien dan pasien puasa dan dilavamen pada malam sebelum hari pembedahan.
2.       Perawatan post operasi
a.       Hindari batuk, untuk peningkatan ekspansi paru, perawat mengajarkan nafas dalam.
b.      Support scrotal dengan menggunakan kantong es untuk mencegah pembengkakan dan nyeri.
c.       Ambulasi dini jika tidak ada kontraindikasi untuk meningkatkan kenyamanan dan menurunkan resiko komplikasi post operasi.
d.      Gunakan tehnik untuk merangsang pengosongan kandung kemih.
e.      Monitoring intake dan output.
f.        Palpasi abdomen dengan hati-hati.
g.       Intake cairan > 2500 ml/hari (jika tidak ada kontraindikasi) untuk mencegah dehidrasi dan mempertahankan fungsi perkemihan.
h.      Bila pasien belum mampu BAK, dapat dipasang kateter karena kandung kemih yang distensi dapat menekan insisi dan menyebabkan tidak nyaman.
i.         Pemakaian celana suppensoar.
3.       Discharge Planning :
a.       Hindari mengejan, mendorong atau mengangkat benda berat.
b.      Jaga balutan luka operasi tetap kering dan bersih, mengganti balut steril setiap hari dan kalau perlu.
c.       Hindari faktor pendukung seperti konstipasi dengan mengkonsumsi diet tinggi serat dan masukan cairan adekuat.

J          Penatalaksanaan
1.       Konservatif
a.       Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b.      Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c.       Celana penyangga
d.      Istirahat baring
e.      Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
f.        Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2.       Pembedahan (Operatif) :
a.       Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang.
b.      Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.
c.       Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.

K        Diagnosa yang mungkin muncul :
1.         Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
2.         Cemas berhubungan dengan krisis situasional,  rencana operasi
3.         Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi, terbatasnya kognitif pasien.
4.         Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, lika post pembedahan
5.         Defisit / syndrom defisit self care berhubungan dengan kelamahan

RENPRA HERNIA
No    Diagnosa    Tujuan    Intervensi
1    Nyeri Akut b/d agen injuri fisik     Setelah dilakukan askep …. jam nyeri terkontrol, peningkatan kenyamanan dengan KH:
•   Klien melaporkan nyeri berkurang, skala nyeri 2-3
•   Ekspresi wajah tenang & dapat istirahat, tidur.
•   V/S dbn (TD 120/80 mmHg, N: 60-100 x/mnt, RR: 16-20x/mnt).    Manajemen nyeri :
•   Kaji nyeri secara komprehensif ( Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi ).
•   Observasi  reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.
•   Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.
•   Berikan lingkungan yang tenang
•   Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri.
•   Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri.
•   Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.
•   Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.
•   Monitor V/S
•   Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping.

2    Cemas berhubungan dengan krisis situasional, rencana operasi    Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .... x 24 jam, cemas klien terkontrol.
Kriteria Hasil
a.       Ekspresi wajah tampak tenang, rileks dan kooperatif.
b.      Mengenali, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol kecemasan.
c.       Menemukan sikap tubuh, ekspresi wajah, isyarat dan tingkat kegiatan yang menggambarkan berkurangnya penderitaan.
d.      Menunjukkan beberapa kemampuan untuk menenangkan diri    Penurunan kecemasan
•         Bina hubungan saling percaya dengan pasien.
•         Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (tachicardia, tachypnea, ekspresi cemas non verbal)
•         Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan.
•         Berusaha memahami keadaan klien
•         Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan.
•         Sediakan aktivitas untuk menurunkan ketegangan
•         Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang menciptakan cemas.
•         Tentukan kemampuan pasien untuk mengambil keputusan
•         Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
•         Kolaborasi untuk pemberian obata penurun cemas , jika memungkinkan
Peningkatan Koping
•         Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit
•         Hargai dan diskusikan alternatif respon terhadap situasi.
•         Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan.
•         Sediakan informasi aktual tentang diagnosa, penanganan dan prognosis.
•         Sediakan pilihan yang realistis tentang aspek perawatan saat ini.
•         Libatkan keluarga atau orang terdekat dengan klien.
•         Bantu klien untuk mengidentifikasi penggunaan koping yang efektif.
•         Beri penyuluhan tentang prosedur pre operasi dan post operasi.
•         Berikan pujian untuk menggunakan sumber koping yang efektif.
3    Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi, terbatasnya kognitif pasien.    Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .... x 24 jam, pengetahuan klien meningkat. Dengan Kriteria Hasil
a.       Pasin mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit dan pengobatan.
b.      Berpartisipasi dalam pengobatan    Peningkatan pengetahuan
•         Kaji tingkat pengetahuan tentang proses penyakit.
•         Jelaskan proses penyakit
•         Tentukan kemampuan pasien untuk mempelajari informasi khusus.
•         Berikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman pasien, ulangi informasi bila dipelrukan.
•         Ikutsertakan keluarga atau anggota keluarga lain.
•         Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif pengobatan.
•         Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan untuk mencegah komplikasi.
•         Diskusikan tentang terapi dan pilihannya.
•         Eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa digunakan/mendukung.
•         Instruksikan kapan harus kepelayanan.
•         Tanyakan kembali pengetahuan klien tentang penyakit, prosedur perawatan dan pengobatan.
4    Risiko infeksi b/d adanya luka operasi, imunitas tubuh menurun, prosedur invasive    Setelah dilakukan askep …. jam risiko infeksi Terkontrol, terdedekti dg KH:
•   Bebas dari tanda & gejala infeksi
•   Angka lekosit normal (4-11.000)
•   Suhu normal ( 36 – 37 c     Kontrol infeksi :
•    Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
•    Batasi pengunjung bila perlu dan anjurkan u/ istirahat yang cukup
•    Anjurkan keluarga untuk cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan klien.
•    Gunakan sabun anti microba untuk mencuci tangan.
•    Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
•    Gunakan baju, masker dan sarung tangan sebagai alat pelindung.
•    Pertahankan lingkungan yang aseptik selama pemasangan alat.
•    Lakukan perawatan luka sesuai indikasi
•    Lakukan dresing infus,dan dresing kateter sesuai indikasi.
•    Tingkatkan intake nutrisi. & cairan yang adekuat
•    Kolaborasi untuk pemberian antibiotik sesuai program.

Proteksi terhadap infeksi
•    Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.
•    Monitor hitung granulosit dan WBC.
•    Monitor kerentanan terhadap infeksi.
•    Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan.
•    Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase.
•    Inspeksi keadaan luka dan sekitarnya
•    Monitor perubahan tingkat energi.
•    Dorong klien untuk meningkatkan mobilitas dan latihan.
•    Instruksikan klien untuk minum antibiotik sesuai program.
•    Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan gejala infeksi.dan melaporkan kecurigaan infeksi.

5    Sindrom defisit self care b/d kelemahan, penyakitnya    Setelah dilakukan askep … jam klien dan keluarga dapat merawat diri : activity daily living (adl) dengan kritria :
•   kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi (makan, berpakaian, toileting, berhias, hygiene, oral higiene)
•   klien bersih dan tidak bau.    Bantuan perawatan diri
•   Monitor kemampuan pasien terhadap perawatan diri yang mandiri
•   Monitor kebutuhan akan personal hygiene, berpakaian, toileting dan makan, berhias
•   Beri bantuan sampai klien mempunyai kemapuan untuk merawat diri
•   Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
•   Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuannya
•   Pertahankan aktivitas perawatan diri secara rutin
•   dorong untuk melakukan secara mandiri tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.
•   Berikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan.

0 comments

Post a Comment

ALT/TEXT GAMBAR
ALT/TEXT GAMBAR