a.
Pengertian
Dengue
adalah infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang
ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering
disebut pula dengue haemoragic fever
( DHF ). Dengue yang di sertai renjatan shock manifestasi perdarahan
berkurangnya volume plasma yang diakibatkan peningkatan permeabelitas dinding
dinding kaplier disebut pula dengue shock
syndrome ( Mansjoer dkk, 2000 ).
Demam
Berdarah Dengue menurut Nursalam dkk,(2005) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegpty.
Menurut
uraian dia atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian dengue adalah demam
berdarah dengue yang di tandai dengan demam,nyeri otot, dan sendi yang di
diakibatkan oleh peningkatan permeabelitas kapiler yang di tularkan oleh vektor
nyamuk aedes agypty.
.
b.
Klasifikasi
Dengue
Menurut WHO,( 1986 ) mengklasifikasikan
DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
1)
Derajat I
Demam
disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji
tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
2)
Derajat II
Sama
dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti
petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
3)
Derajat III
Ditandai
oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat
(>120x/mnt) tekanan nadi sempit (£ 120 mmHg ),
tekanan darah menurun, (120/80 ® 120/100 ® 120/110 ®
90/70 ®
80/70 ®
80/0 ®
0/0)
4)
Derajat IV
Nadi
tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung ³
140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
c. Anatomi dan Fisiologi
Sistem
Hematologi
a) Pengertian
Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan
koloid cair yang mengandung elektrolit ( Silvia dkk, 1995).
Sel darah merah atau ertrosit adalah merupakan
cabang bikonkaf yang tidak berinti yang kira – kira berdiameter 8ml, tebal
bagian tepi 2ml pada bagian tengah tebalnya hanya 1ml atau kurang. Karena sel
itu lunak dan lentur maka dalam perjalanannya melalui mikrosirkulasi
konfigurasinya berubah. Stoma yang bagian luar mengandung protein terdiri dari
antigen A dan B serta faktor Rh yang menentukan golongan darah seseorang.
Darah memiliki beberapa fungsi dari anatomi dan
fisiologi tubuh meurut Setiadi,( 2007), yaitu :
1)
Fungsi yang
menyangkut pernafasan:
Komponen sel darah merah adalah protein HB yang mengangkut O2 DAN CO2 dan
mempertahankan Ph normal melalui serangkaian intraseluler. Yaitu: darah membawa
O2 dari paru- paru ke jaringan – jaringan dan membawa CO2 dari jaringan –
jaringan ke paru – paru untuk di keluarkan.
2)
Fungsi yang
menyangkut Nutrisi
Darah mengangkut zat –zat makanan yang di absobsi dari usus halus atau di
buat dalam tubuh ke sel – sel yang menggunakannya atau menyimpannya.
3)
Fungsi yang
menyangkut Ekresi
Darah mengangkut sisa –sisa metabolisme dalam tubuh ke alat – alat ekresi
dimana zat – zat tersebut di keluarkan.
4)
Fungsi yang
menyangkut kekebalan ( Imun )
Darah mentranspotasi leukosit, antibodi dan subtansi protektip lainya.
5)
Fungsi yang
berhubungan dengan keseimbangan air dalam tubuh
Darah mengatur keseimbangan air dalam tubuh yaitu dari oragan satu ke organ
lainnya dan ke alat – alat pembuangan misalnya ginjal dan paru- paru.
6)
Fungsi yang
berhubungan dengan suhu tubuh, yaitu:
Darah mengandung sejumlah panas, darah mengalir dengan cepat dan mendistribusikan
panas tersebut dengan konsekwensi meratanya panas pada seluruh tubuh, mengatur
panas kepermukaan tubuh, dimana panas itu diminimalisir dengan penguapan atau
iradiasi,mensuplai air guna penguapan pada kulit dan paru-paru.
7)
Fungsi yang
berhubungan dengan tekanan osmotik
8)
Fungsi yang
berhubungan dengan keseimbangan asam dan basa
9)
Fungsi yang
berhubungan dengan tekanan darah.
Depkes RI, (1989 ).
b) Komponen
cairan darah
1) Plasma
darah
Komponen cairan darah yang disebut plasma terdiri
dari 91% - 92% air yang berperan sebagai medium transpor, dan 7% - 9% terdiri
dari zat padat (Sylvia, 1995). Zat – zat padat itu adalah protein –protein
seperti albumin, globulin, dan fibrinogen.
(a) Unsur anorganik : natrium, kalsium, kalium,
kalium, fosfor, besi dan iodium.
(b) Unsur organik : berupa zat –zat nitrogen non
protein, urea, asam urat, xantin, kreatinin, asam amino, lemak netral,
fosfolipid, kolesterol, glukosa dan berbagai enzim seperti amilase, protease,
dan lipase.
2) Sel –
sel darah
1. Eritrosit
Sel darah merah mengandung protein hemoglobin yang
mengangkut sebagian besar O2 yang di ambil di paru ke sel – sel seluruh tubuh
2. Leukosit
Sel darah putih untuk pertahanan tubuh melawan
infeksi atau benda asing ( kuman – kuman ) yang menyerang tubuh. Ada beberapa
peranan leukosit, yaitu:
a. Monosit
Terbentuk di sumsum tulang masuk ke dalam sirkulasi dalam bentuk imatur dan
mengalami proses pematangan menjadi makrofag setelah masuk jaringan.
b. Makrofag
Dapat tetap berdiam di jaringan atau di gunakan dalam reaksi peradangan
segera setelah sel ini matang.
c. Neutrofil, Basofil, dan Eusinofil
Sel – sel darah putih yang tampak granular yang membantu respon peradangan.
Semuanya berfungsi sebagai fagosit untuk mencerna dan menghancurkan
mikroorganisme dan sisa – sisa sel. Selain itu, Basofil bekerja seperti sel mas
dan mengeluarkan peptida – peptida vasoaktif.
3. Trombosit
Trombosit berperan penting untuk pembekuan darah.
Fungsinya untuk mengubah bentuk dan kualitas setelah berikatan dengan pembuluh
yang cedera. Trombosit tersebut menjadi lengket dan menggumpal bersama
membentuk sumbat trombosit. Sumbat trombosit itu efektif untuk menambal daerah
yang luka.
Pembatasan fungsi trombosit adalah untuk mencegah
pembentukan emboli, maka trombosit – trombosit tersebut mengeluarkan bahan –
bahan yang membatasi luas penggumpalan mereka sendiri. Bahan utama yang di
keluarkan oleh trombosit untuk membatasi pembekuan mereka adalah prostalglandin
tromboksan A2. Tromboksan A2 merangsang penguraian trombosit dan menyebabkan
vasokontriksi lebih lanjut pada pembuluh darah.
Trombositopenia adalah penurunan jumlah trombosit
dalam sirkulasi. Kelainan ini berkaitan dengan peningkatan risiko perdarahan
hebat, bahkan hanya dengan cidera ringan atau atau perdarahan spontan kecil (
Corwin, 2001). Batasan trombosit normal adalah 150.000 – 450.000 /mm3 (arry
yulianita, 2007).
Trombositopenia merupakan kelainan hematologis
yang di temukan pada sebagian besar kasus DBD. Nilai trombosit mulai menurun
pada masa demam dan mencapai nilai terendah pada masa syok. Jumlah trombosit
secara cepat meningkat pada masa konvalesens dan nilai normal biasanya tercapai
7-10 hari sejak pemulaan sakit. Trombositopernia yang di hubungkan dengan meningkatnya
megakariosit muda dalam sum sum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit dan
diduga akibat meningkatnya dekstruksi trombosit. Maka, dugaan mekanisme lain
trombositopenia ialah depresi megakariosit, yaitu peningkatan dekstruksi
trombosit dengan penyebab virus dengue,komponen aktif sistem komplemen,
kerusakan sistem endotel dan aktivasi sistem pembekuan darah secara bersamaan
atau secara terpisah. Fungsi trombosit pada DBD terbukti menurun disebabkan
proses imunologis terbukti ditemui kompleks imun dalam peredaran darah.
Trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit di anggap sebagai penyebab utama
terjadinya perdarahan pada DBD (Soedarmo dkk,2008).
d.
Etiologi
Virus
dengue di bawa oleh nyamuk Aedes Aegpty dan Aedes Albopictus sebagai vektor ke tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk tersebut. Apabila oranng itu mendapatkan infeksi berulang oleh
tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulakan reaksi yang berbeda. DBD
dapat terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat virus berulang virus
dengue lainnya. Virus dapat berepleksi di nodus limpfatikus regional dan
menyebar ke jaringan lain terutama ke sistem retikuloendotelial dan kulit
secara bronkogen hematogen. Tubuh akan
membentuk kompleks virus –. antibody dalam sirkulasi darah sehingga akan
mngaktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan
C5a sehingga permeabelitas dinding pembuluh darah meningkat. Akan terjadi juga
agregasi trombosit yang melepaskan ADP, trombosit melepaskan vasoaktif yang bersifat meningakatkan permeabelitas
kapiler dan melepaskan trombosit faktor 3 yang merangsang koagulasi
intravaskular. Terjadinya faktor hageman faktor (XII) akan menyebabkan
pembekuan intravaskular yang meluas dan meningkatkan permeabelitas didnding pembuluh
darah ( Mansjoer, 2001 )
e.
Patofisiologi
Setelah
virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala
karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh
badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul
pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah
bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah
dibawah kulit.
Fenomena
patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan DHF
ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat
anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang
berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya
volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan
renjatan. Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses
imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah.
Adanya
kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan
dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard.
Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak
segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian.
Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya
dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan
fungsi trombosit.
Kelainan
system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya
memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi
tidaknya DIC pada DHF/DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat (Mansjoer
dkk,2001).
f.
Manifetasi
Klinis
Demam
tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.
a) Manifestasi
perdarahan, uji tourniquet positif dan salah satu bentuk perdarahan lain
(petekia, purpura, ekimosis, epitaksis, perdarahan gusi), hematemesis dan atau
melena.
b) Pembesaran
hati
c) Syok
yang ditandai oleh nadi lemah dan cepat di sertai dengan tekanan darah menurun
(tekanan sistolik < 80 mmhg) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab
terutama pada ujung hidung, jari dan kak, pasien menjadi gelisah dan timbul
sianosis di sekitar mulut (Soedarmo dkk,2008).
g.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DBD
tanpa penyulit adalah:
a) Tirah
Baring
b) Makanan
lunak dan bila belum nafsu makan di beri minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam (
susu, air dengan gula, atau sirop )atau air tawar di tambah garam.
c) Antibiotik
di berikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.
Pada pasien dengan tanda renjatan
dilakukan, yaitu :
a) Pemasangan
infus dan di pertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan diatasi.
b) Observasi keadaan umum, nadi tekanan
darah,suhu dan pernafasan tiap jam, serta HB dan HT tiap 4 – 6 jam pada hari
pertama selanjutnya tiap 24 jam.
c) Pada
pasien DSS diberi cairan intervena yang diberikan dengan di guyur, seperti
NaCl, RL yang di pertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Bila
tak tampak perbaikan dapat di berikan plasma atau plasma ekspander atau
dekstran atau preparat hemasel sejumlah 15 – 29 ml/kg berat badan dan di
pertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Bila pada pemeriksaan
didapatkan penurunan kadar HB dan HT maka di beri trnsfusi darah (Mansjoer dkk,
2000 ).
h.
Komplikasi
Komplikasi
yang terjadi pada dengue adalah shock, resiko kerusakan ginjal, edema paru oliguri, anemia, kegagalan
sirkulasi,asidosis metabolik, kematian (Soedarmo dan Mansjoer dkk,2008:2000).
i.
Pemeriksaan
Laboraturium dan Diagnostik
1) Pemeriksaan
Darah
(a) Trombositopeni (£
100.000/mm3)
(b)
Hb dan PCV meningkat (³ 20%)
(c) Hipoproteinemia
(d) Leukopeni (mungkin
normal atau lekositosis)
(e) Ig G Dengue Positif
2) Serologi
(Uji H): respon titer antibody sekunder
3) Pada
renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali (setiap jam atau 4-6 jam
apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto
dada, BUN, creatinin serum.
4)
Isolasi virus yang di periksa adalah
darah pasien dan jaringan (Mansjoer dkk,2000).
j.
Terapi
Diet
Penderita diberikan
makanan yang lunak dan makanan yang mudah di cerna, rendah serat dan tidak
mengandung bumbu yang merangsang makanan yang boleh diberikan :
1. Beras tim, bubur
kentang direbus, roti, puding (sumber hidrat)
2. Daging sapi, ikan
rebus, telur, keju, susu ( protein hewani )
3.
Tahu, tempe direbus, kacang – kacang panjang buncis, tomat, kembang kol (
sayuran )
4.
Buah –buahan, pisang, pepaya, jeruk, mangga, alpukat, jambu biji ( buah –
buahan ).
DAFTAR PUSTAKA
Corwin,
E. (2001). Buku
Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Dr. Soetjiningsih, SPAK. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Dongoes, E. Marilyn,(2000) Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.ISBN
Setiadi. (2007). Anatomi
Fisiologi Manusia.Yogyakarta: Graha Ilmu
Johnson
,Morrison, (2000). Nursing
Outcome Classification.Mosby Year Book
Philadelphia.
Mc. Closkey,
Joanne, (2004) Nursing Intervention
Classification Mosby Year
Book
Philadelphia.
Joyce, E. (2009). Pengkajian Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC
NANDA, (2005). Nursing Diagnose:Definition and
Classification. NANDA
international.
Nursalam, et al.(2007). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak . Jakarta: EGC.
Mansjoer, et al.(2001).Kapita Selekta Kedokteran Volume 1
Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Wong,
D, et al.(2008).Buku
Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6 volume
2.Jakarta:EGC
Wong,
D.(2004).Pedoman Klinis Keperawatan
Pediatrik Edisi 4.Jakarta:EGC
Soedarmo,et al.(2008).Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi 2.Jakarta:Ilmu Kesehatan Anak FKUI
Rd. Arry yulianita,
D.(2007). Buku Saku Keperawatan. Bandung:
Yusi Sofiyah.(2007).Cat Kuliah
Anak. Jakarta: Fakultas Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sylvia. A Price.(1995). Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
Effendy, N.(1998). Dasar – dasar Keperawatan Kesehatan
Masyarakat. Edisi 2. Jakarta : EGC.
0 comments
Post a Comment