Intervensi
|
Rasional
|
1.
Anjurkan klien untuk menggendong,
menyentuh dan memeriksa bayi, tergantung pada kondisi klien dan bayi baru
lahir. Bantu sesuai kebutuhan
2.
Berikan kesempatan untuk ayah/pasangan
untuk menyentuh dan menggendong bayi dan bantu dalam perawatan bayi sesuai
kemungkinan situasi
3.
Observasi dan catat interaksi
keluarga-bayi, perhatikan perilaku yang dianggap menandakan ikatan dan
kedekatan dalam budaya tertentu.
4.
Berikan kesempatan pada orang tua
untuk mengungkapkan perasaan-perasaan yang negatif tentang diri mereka dan
bayi.
5.
Perhatikan lingkungan sekitar
kelahiran caesarea, kebanggaan diri orang tua dan persepsi tentang pengalaman
kelahiran, reaksi awal mereka terhadap bayi, dan pertisipasi mereka pada
pengalaman kelahiran
6.
Anjurkan dan bantu dalam menyusui
tergantung pada pilihan klien dan kenyakinan/praktik budaya
|
1.
Jam pertama setelah kelahiran
memberikan kesempatan unik untuk ikatan keluarga karena ibu dan bayi secara
emosional menerima isyarat satu sama lain, yang memulai kedekatan dan proses
pengenalan
2.
Membantu memudahkan ikatan / kedekatan
diantara ayah dan bayi
3.
Pada kontak pertama dengan bayi, ibu
menunjukan pola progresif dari perilaku dengan cara menggunakan ujung jari
pada awalnya untuk menggali ekstremitas bayi dan berlanjut pada penggunaan
telapak tangan sebelum mendekap bayi dengan seluruh tangan dan lengan
4.
Konflikasi tidak teratasi selam proses
pengenalan awal orang tua-bayi dapat mempunyai efek-efek negatif jangka
panjang pada masa depan hubungan orang tua-anak
5.
Orang tua perlu bekerja melalui
hal-hal bermakna pada kejadian penuh stres seputar kelahiran anak dan
orientasikan mereka sendiri terhadap realita sebelum mereka dapat memfokuskan
pada bayi
6.
Kontak awal mempunyai efek positif
pada durasi menyusui, kontak kulit dan mulainya tugas-tugas ibu meningkatkan
ikatan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Tentukan karakteristik dan lokasi
nyeri, perhatikanisyarat verbal dan non verbal seperti meringis, kaku dan
gerakn melindungan atau terbatas
2.
Berikan informasi dan petunjuk
antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat
3.
Evaluasi tekanan darah dan nadi
pertahankan perubahan perilaku
4.
Ubah posisi klien, kurangi rangsangan
yang berbahaya. Anjurkan penggunaan teknik relaksaso dengan teknik pernafasn
dan distraksi
5.
Kolaborasi dalam pemberian analgetik
setiap 3-4 jam, berlanjut dari rute oral
|
1.
Membedakan karakteristik khusus dari
nyeri membantu membedakan nyeri pasca operasi dari terjadinya komplikasi
2.
Meningkatkan peemcahan masalah,
membantu mengurangi nyeri berkenaan dengan ansietas dan ketakutan karena
ketidaktahuan dan memberikan rasa control
3.
Pada bayak kien, nyeri dapat
menyebabkan gelisah serta tekanan darah dan nadi meningkat. Analgesic dapat menurunkan
tekanan darah
4.
Merileksasikan otot dan mengalihkan
perhatikan dari sensasi nyeri meningkatjan kenyaman dan menurunkan distraksi
tidak menyenangkan, meningkatkan rasa sejahtera
5.
Analgesic yang di control pasien
memberikan penghilangan nyeri cepat tanpa efek samping
|
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji
pengetahuan klien tentang menyusui sebelumnya
2. Tentukan
system pendukung yang tersedia pada
klien, dan sikap pasngan/keluarga
3. Berikan
informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologis dan keuntungan menyusui,
perawatan puting dan payudara, kebutuhan diet khusus, dan factor-faktor yang
memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui.
4. Demonstrasikan
dan tinjau ulang tekhnik-tekhnik menyusui. Perhatikan posisi bayi selama
menyusui dan lama menyusui.
5. Kaji
puting klien: anjurkan klien melihat putting setiap habis menyusui.
6. Instruksikan
klien menghindari penggunaan sabun atau penggunaan bantalan bra berlapis
plastic, dan mengganti pembalut bila basah atau lembab.
7. Instruksikan
klien untuk menghindari penggunaan sabun pelindung putting kecuali khusus
diindikasikan
8.
Berikan pelindung payudara khusus
untuk klien menyusui dengan putting masuk atau datar. Anjurkan penggunaan
kompres es sebelum menyusui dan latihan putting susu dengan memutar diantara
ibu jari dan dan jari tengah dan menggunakan tekhnik Hoffman.
|
1. Membantu
mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan mengembangkan rencana perwatan
2. Mempunyai
dukungan yang cukup meningkatkan kesempatan untuk pengalaman menyusui dengan
berhasil. Sikap dan komentar negative mempengaruhi upaya-upaya dan dapat
menyebabkan klien menolak untuk mencoba menyusui.
3. Membantu
menjamin suplai susu adekuat, mencegah putting susu pecah dan luka,
memberikan kenyamana, dan membuat peran ibu menyusui. Pamflet dan buku-buku
menyediakan sumber yang dapat dirujuk klien sesuai kebutuhan.
4. Posisi
yang tepat biasanya mencegah luka puting, tanpa memperhatikan lamanya
menyusui
5. Identifikasi
dan intervensi dini dapat mencegah/membatasi terjadinya luka atau pecah
putting, yang dapat merusak proses menyusui.
6. Sabun
dapat menyebabkan area payudar kering. Mempertahankan putting dalam media
lembab meningkatkan pertumbuhan bakteri dan kerusakan kulit.
7. Ini
telah diketahui menambah kegagalan laktasi. Pelindung mencegah mulut bayi
mengarah untuk kontak dengan putting susu, yang mana perlu untuk melanjutkan
pelepasan prolaktin (meningkatkan produksi susu) dan dapat mengganggu atau
mencegah tersedianyasuplai susu yang adekuat.
8. Mangkuk
laktasi/pelindung payudara, latihan, dan kompres es membantu membuat putting
lebih ereksi; teknik Hoffman melepaskan perlengketan, yang menyebabkan inverse
putting
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Tinjau kadar hemoglobin (Hb) darah dan
kehilangan darah pada waktu melahirkan
2.
Anjurkan ambulasi dini kecuali pada
klien yang mendapat anestesi subaraknoid, yang mungkin tetap berbaring selama
6-8 jam, tanpa penggunaan bantal atau meninggikan kepala, sesuai indikasi
protocol dari kembalinya sensasi/control otot.
3.
Biarkan klien duduk di lantai atau
kursi dengan keopala diantara kaki, atau berbaring pada posisi datar, bila ia
merasa pusing
4.
Kaji klien terhadap hiperrefleksia,
nyeri kuadran kanan atas (KKaA), sakit kepala, atau gangguan penglihatan.
Pertahankan kewaspadaan kejang, dan berikan lingkungan yang tenang sesuai
indikasi.
5.
Inspeksi ekstremitas bawah terhadap
tanda-tanda tromboflebitis (mis, kemerahan, kehnagatan, nyeri/nyeri tekan).
Perhatikan adata tidaknya tanda-tanda Homan.
6.
Berikan kompres panas local; tingkatkan
tirah baring dengan meninggikan tungkai yang sakit.
|
1.
Anemia atau kehilangan darah
mempredisposisikan pada sinkope klien karena ketidakadekuatan pengiriman
oksigen ke otak.
2.
Meningkatkan sirkulasi dan aliran
balik vena ke ekstremitas bawah, menurunkan resiko pembentukan thrombus yang
dihubungkan dengan statsis. Meskipun posisi rekumben setelah anestesi
subaraknoid controversial, ini dapat membantu mencegah kebocoran CSS dan sakit
kepala lanjut
3.
Membantu mempertahankan atau
meningkatkan sirkulasi dan pengiriman oksigen ke otak.
4.
Bahaya eklampsia karena HKK ada diatas
72 jam postpartum, meskipun literature menunjukkan kondisi konvulsi mental
terjadi selambat-lambatnya hari kelima postpartum
5.
Peningkatan produksi split fibrin
(kemungkinan pelepasan dari sisi plasenta), penurunan mobilitas trauma,
sepsis, dan aktivasi berlebihan dari pembekuan darah setelah kelahiran
memberi kecenderungan terjadinya tromboflebitis pada klien. Tanda Homan
mungkin menyertai thrombus vena dalam, tetapi mungkin tidak ada pada flebitis
superficial
6.
Merangsang sirkulasi dan menurunkan
penumpukan pada vena di ekstremitas bawah, menurunkan edema dan meningkatkan
penyembuhan.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Anjurkan dan gunakan teknik
mencucitangan dengan cermat dan pembuangan pengalas kotoran, pembalut
parineal, dan linen terkontaminasi dengan tepat.
2.
Tinjau hemoglobin dan hematokrit
prenatal, perhatikan adanya kondisi yang mempredisposisikan klien pada insfeksi
pasca partum.
3.
Kaji status
nutrisi klien, perhatikan berat badan sebelum hamil dan penambahan berat
badan prenatal.
4.
Dorong masukan cairan oral dan diet
tinggi protein, vitamin dan besi.
5.
Inspeksi balutan abdominal terhadap
eksudat atau rembesan. Lepaskan balutan sesuai indikasi.
6.
Perhatikan
catatan operasi untuk penggunaan drain dan sifat dari insisi. Bersihkan
luka dan balutan bila basah.
7.
Inspeksi insisi terhadap proses
penyembuhan, perhatikan kemerahan, edema, nyeri, eksudat atau gangguan
penyatuan.
8.
Observasi suhu,
nadi dan jumlah sel darah putih.
9.
Inspeksi sekitar
infuse terhadap tanda eritema atau nyeri tekan.
10. Evaluasi kondisi puting, perhatikan adanya pecah-pecah,
kemerahan atau nyeri tekan.
11.
Kolaborasi dalam pemberian antibiotic
khusus untuk proses infeksi yang teridentifikasi
|
1.
Membantu mencegah atau membatasi
penyebaran insfeksi.
2.
Anemia, diabetes dan persalinan yang
lama sebelum kelahiran caesarea meningkatkan risiko insfeksi dan perlambatan
penyembuhan.
3.
Klien yang berat badannya 20 % dibawah
berat normal atau yang anemia atau malnutrisi, lebih rentan terhadap infeksi
pasca partus dan memerlukan diet khusus.
4.
Mencegah dehidrasi memaksimalkan
volume sirkulasi dan aliran rutin. Protein
dan vitamin C diperlukan untuk pembentukkan kalogen, besi diperlukan untuk
sinestesis hemoglobin.
5.
Balutan steril menutupi luka pada 24
jam pertama kelahiran caesarea membantu melindungi luka dari cedera atau
kontaminasi.
6.
Lingkungan lembab merupakan media
paling baik untuk pertumbuhan bakteri.
7.
Tanda-tanda ini menandakan infeksi
luka, biasanya disebabkan oleh streptoccus, stapilococus atau spesien
pseudomonas.
8.
Demam setelah pasca operasi hari
ketiga, leukositosis, dan takhikardi menunjukan infeksi.
9.
Menandakan insfeksi local.
10.
Terjadi fisura/pecah-pecah putting
memperbesar risiko mastitis.
11.
Perlu untuk mematikan organisme.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Perhatikan dan
catat jumlah, warna, dan konsentrasi drainase urin.
2.
Tes urin terhadap
albumin dan aseton. Bedakan antara proteinuria bengan hipertensi karena
kehamolan dengan proses normal.
3.
Berikan cairan
peroral misalnya 6-8 gelas/hari bila tepat.
4.
Palpasi kandung
kemih. Pantau tinggi fundus, lokasi dan jumlah aliran lochea.
5.
Intruksikan klien
untuk melakukan latihan kegel setiap hari setelah efek – efek anastesi
berkurang
6.
Pertahankan infus
intravena selama 24 jam setelah pembedahan, sesuai indikasi. Tingkatkan
jumlah cairan infus bila keluaran 30 ml/jam atau kurang.
7.
Lepaskan kateter sesuai indikasi.
8.
Pantau hasil tes laboratorium, seperti
urin 24 jam untuk protein total, asam urat sesuai indikasi.
|
1.
Oliguria disebabkan oleh kelebihan
kehilangan cairan, ketidak adekuatan penggantian cairan, atau efek – efek anti
diuretic dan infuse oksitosin.
2.
Proses katalitik
berkenaan dengan involusi uterus dapat mengakibatkan proteinuria normal (1+)
selama dua hari pertama pasca partus. Aseton dapat menandakan dehidrasi
berkenaan dengan persalinan yang lama dan/atau kelahiran lama.
3.
Cairan
meningkatkan hidrasi dan fungsi ginjal, dan membantu mencegah stasis kandung
kemih.
4.
Aliran plasma
ginjal, yang meningka 25-50% selama priode prenatal, tetap tinggi pada minggu
pertama pasca partus mengakibatka pengisian kandung kemih. Distensi kandung
kemih dapat dikaji dengan derajat perubahan posisi uterus.
5.
Melakukan latihan
kegel 100 kali perhari meningkatkan sirkulasike perineum, membantu memulihkan
dan menyembuhkan tonus oto pubokoksigeal, dan mencegah atau menurunkan stress
inkontinensia.
6.
Biasanya 3 liter
cairan, adekuat untuk menggantikan kehilangan dan mempertahankan aliran
ginjal atau pengeluaran urin.
7.
Kateter aman dilepaskan antara 6-12
jam pasca partus.
8.
Bila kadar stroid menurun setelah
kelahiran, fungsi ginjal, dibuktikan oleh BUN dan kliren kreatinin, mulai
kembali pada normal mulai satu minggu, perubahan anatomic memerlukan waktu
samapai satu bulan untuk sampai kenormal.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1. Catat
kehilangan cairan pada waktu kelahiran; tinjau ulang riwayat intrapartal.
2. Evaluasi
lokasi dan kontraktilitas fundus uterus, jumlah lochea vagina, dan kondisi
perineum setelah 2 jam pada 8 jam pertama, bila tepat, kemudian 8 jam selama
sisa waktu di rumah sakit.
3. Dengan
perlahan masase fundus bila uterus menonjol.
4. Perhatikan
adanya rasa haus; berikan cairan sesuai toleransi.
5. Evaluasi
status kandung kemih; tingkatkan pengosongan bila kandung kemih penuh.
6. Pantau
suhu
7. Pantau
nadi
8. Kaji
tekanan darah TD sesuai indikasi.
9. Evaluasi
masukan cairan dan haluaran urin selama diberikan infuse I.V., atau sampai
pola berkemih normal terjadi.
10. Evaluasi
kadar Hb/Ht pada catatan pranatal; bandingkan dengan kadar pascanatal
11.
Pantau pengisian payudara dan suplai
ASI bila menyusui
12.
Gantikan cairan yang hilang dengan
infuse I.V. yang mengandung elektrolit.
|
1.
Potensial hemoragi atau kehilangan
darah berlebihan pada waktu kelahiran yang berlanjut pada periode pascapartum
dapat diakibatkan dari persalinan yang lama, stimulasi oksitosin, tertahannya
jaringan, uterus overdistensi, atau anestesi umum.
2.
Diagnosa yang berbeda mungkin
diperlukan untuk menentukan penyebab kekurangan cairan dan protocol asuhan.
Uterus yang relaks atau menonjol dengan peningkatan aliran lochea dapat
diakibatkan dari kelelehan miometrium atau tertahannya jaringan plasenta.
Segera setelah kelahiran, fundus harus keras dan terlokalisasi pada
umbilikalis, dan kemudian involusi kira-kira satu buku jari perhari.
3.
Merangsang kontraksi uterus dapat
mengontrol perdarahan.
4.
Rasa haus mungkin merupakan cara
homeostatis dari penggantian cairan melalui peningkatan rasa haus.
5.
Kandung kemih penuh mengganggu
kontraktilitas uterus dan menyebabkan perubahan posisi dan relaksasi fundus.
6.
Peningkatan suhu dapat memperberat
dehidrasi; bila suhu 100,40 F (380 C) pada 24 jam
pertama setelah kelahiran dan terulang bselama 2 hari, ini mungkin menandakan
infeksi.
7.
Takikardi dapat terjadi, memaksimalkan
sirkulasi cairan, pada kejadian dehidrasi atau hemoragi
8.
Peningkatan TD mungkin karena
efek-efek obat vasopresor oksitosin atau terjadinya HKK yang baru atau
sebelumnya. Penurunan TD mungkin tanda lanjut dari kehilangan cairan
berlebiahan, khususnya bila disertai dengan tanda-tanda lain atau
gejala-gejala syok.
9.
Membantu dalam analisa keseimbangan
cairan dan derajat kekurangan.
10.Hb/Ht biasanya
kembali ke normal 3 hari. Hb tidak boleh turun lebih dari 2 g/100 ml kecuali
kehilangan darah berlebihan. Peningkatan kadar Ht kembali normal pada hari
ketiga sampai ke tujuh postpartum, karena kehilagan plasma pada penurunan sel
darah berlebihan yang terjadi selama 72 jam pertama. Namun peningkatan ini
mungkin justru menandakan kelabihan perpindahan cairan intravascular ke ruang
ekstraselular.
11.Klien
dehidrasi tidak mampu menghasilkan ASI adekuat.
12.
Membantu menciptakan volume darah
sirkulasi dan menggantikan kehilangan Karena kelahiran dan diaforesis
|
Intervensi
|
Rasional
|
1. Pantau
TD dan andi. Auskultasi bunyi napas, perhatikan batuk berdahak, bising (rales) atau ronki. Perhatikan adanya
dispnea atau stridor.
2. Pantai
masukan cairan dan haluaran urin; ukur berat jenis.
3. Kaji
adanya lokasi, dan luasnya edema.
4. Tes
terhadap adanya proteinuria dengan dipstick setiap 4 jam.
5. Evaluasi
keadaan neurologis klien. Perhatikan hiperfleksia, peka rangsang, atau
perubahan kepribadian.
6. Pasang
kateter indwelling sesuai indikasi.
7.
Berikan furosemid (Lasix) sesuai
indikasi.
|
1. Kelebihan
beban sirkulasi dmanifestasikan dengan peningkatan TD dan nadi, dan akumulasi
cairan pada paru-paru. Peningkatan TD dapat juga dihubungkan dengan HKK dan
retensi cairan berkenaan dengan infuse oksitosin.
2. Menandakan
kebutuhan cairan/keadekuatan terapi
3. Bahaya
eklampsia atau kejang ada selama 72 jam, tetapi dapat terjadi secara actual
selambat-lambatnya 5 hari setelah kelahiran. Obat-obatan dapat menutupi
tanda-tanda sakit kepala yang disebabkan oleh edema serebral.
4. Proteinuria
postpartum 1+ adalah normal, karena proses katalitik involusi uterus. Kadar
2+ atau lebih besar mungkin dihubungkan dengan spasme glomerulus karena HKK.
5. Intoksikasi
serebral adalah indicator awal dari kelebihan retensi cairan.
6. Mungkin
diperlukan untuk memantau haluaran urin setiap jam bila dibutuhkan oleh
kondisi klien.
7.
Furosemid bekerja pada ansa Henle
untuk meningkatkan haluaran urin dan menghilangkan edema pulmonal
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Auskultasi terhadap adanya bising usus
pada ke empat kuadran setiap 4 jam setelah kelahiran cesarea.
2.
Palpasi abdomen,
perhatikan distensi atau ketidak nyamanan
3.
Anjurkan cairan
oral yang adekuat (mis,6-8 gelas/hari). Anjurkan peningkatan diet makanan
kasar dan buah – buahan.
4.
Anjurkan latihan kaki dan pengencangan
abdominal tingkat ambulasi dini.
5.
Identifikasi
aktivitas – aktivitas di mana klien dapat menggunakannya di rumah untuk
merangsang kerja usus.
6.
Kolaborasi untuk
pemberian pelunak feses atau katartik ringan.
7.
Berikan sabun
hipertonik atau kecil untuk enema
|
1.
Menentukan
kesiapan terhadap pemberian makan per oral, biasanya bising usus terdengar
samar pada hari ke dua, dan aktif pada hari ke tiga.
2.
Menandakan
pembentukan gas dan akumulasi atau kemungkinan ileus paralitik.
3.
Makan kasar dan
meningkatkan cairan yang menghasilkan bulk, merangsang eliminasi dan mencegah
kontipasi defekasi.
4.
Latihan kaki mengencangkan otot- otot
abdomen dan memperbaiki motilitas abdomen. Ambulasi progresif setelah 24 jam
meningkatkan peristaltic dan pengeluaran gas, dan menghilangkan atau mencegah
nyeri karena gas.
5.
Membantu dalam menciptakan kembali
pola evakuasi normal dan meningkatkan kemandirian.
6.
Melunakkan feses,
merangsang peristaltic, dan membantu mengembalikan fungsi usus.
7.
Meningkatkan
evakuasi usus dan mehilangkan distensi karena gas.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1. Anjurkan
diskusi oleh klien/pasangan tentang persepsi pengalaman kelahiran.
2. Kaji
terhadap gejala depresi yang fana (“perasaan sedih” pascapartum) pada hari
ke-2 sampai ke-3 pascapartum (mis, ansietas, menangis, kesedihan, konsentrasi
yang buruk, dan depresi ringan atau berat). Berikan informasi tentang
kenormalan kondisi ini dan yang berhubungan dengan perubahan suasana hati dan
emosi yang labil.
3. Evaluasi
kemampuan koping masa lalu klien, latar belakang budaya, system pendukung,
dan rencana untuk bantuan domestic pada saat pulang
4. Berikan
dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membantu klien mempelajari
peran baru dan strategis untuk koping terhadap bayi baru lahir. Diskusikan
respon emosional yang normal yang terjadi setelah pulang.
5. Evaluasi
dan dokumentasikan interaksi klien-bayi. Perhatikan adanya atau tidak adanya
perilaku ikatan (kedekatan).
6.
Anjurkan pengungkapan perasaan rasa
bersalah, kegagalan pribadi, atau keraguan-raguan tentang kemampuan menjadi
orang tua khususnya bila keluarga berisiko tinggi terhadap maslaah-masalah
menjadi orang tua.
7.
Berikan kesempatan pada klien untuk
meninjau ulang keputusan untuk melepaskan anak.
|
1. Membantu
klien/pasangan bekerja melalui proses dan mempelajari realitas dari
pengalaman fantasi.
2. Membantu
klien untuk mengungkapkan perasaannya dan tanda gejala dari depresi, dengan
memberikan informasi klien menjadi lebih tenang.
3. Membantu
dalam mengkaji kemampuan klien untuk mengatasi stress. Kemampuan untuk
mengatasi secara positif juga dipengaruhi oleh reaksi ayah. Dukungan emosi
dan fisik yang diberikan oleh keluarga besar atau bantuan dari rumah bantuan
lainnya dapat memudahkan koping.
4. Memberikan
motivasi, dukungan dan membantu klien dalam merawat anak akan lebih
menenangkan klien karena kalien sudah mengetahui bagaimana menjadi seorang
ibu.
5. Membantu
klien untuk mengetahui perkembangan atau eratnya ikatan diantara Ibu dan
bayi.
6. Membantu
pasangan mengevaluasi kekuatan dan area masalah secara realistis dan
mengenali kebutuhan terhadap bantuan professional yang tepat.
7.
Membantu klien unuk memutuskan pilihan
yang tepat.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji
tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat. Catat lama persalinan dan
jenis kelahiran
2. Kaji
factor-faktor, bila ada yang mempengaruhi istirahat. Organisasikan perawatan
untuk meminimalkan gangguan dan memberi istirahat serta periode tidur yang ekstra.
Anjurkan untuk mengungkapkan pengalaman melahirkan. Berikan lingkungan yang
tenang.
3. Berikan
informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat setelah kembali ke rumah.
4. Berikan
informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai ASI.
5. Kaji
lingkungan rumah, bantuan dirumah, dan adanya sibling dan anggota keluarga
lain.
6.
Berikan obat-obatan (mis, analgesik)
|
1. Persalinan
atau kelahiran yang lama dan sulit, khususnya bila ini terjadi malam,
meningkatkan tingkat kelelahan.
2. Membantu
meningkatkan istirahat, tidur, dan relaksasi dan menurunkan rangsangan. Bila
ibu tidak terpenuhi kebutuhan tidurnya “lapar/tidur” dapat terjadi,
memperpanjang proses perbaikan dari periode pascapartum.,
3. Rencana
yang kreatif yang membolehkan untuk tidur dengan bayi lebih awal serta tidur
siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh serta mengatasi kelelahan yang
berlebihan.
4. Kelelahan
dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI, dan penurunan reflex
secara psikologis.
5. Multipara
dengan anak dirumah memerlukan tidur lebih banyak dirumah sakit untuk
mengatasi kekurangan tidur dan memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan keluarganya.
6.
Mungkin diperlukan untuk meningkatkan
relaksasi dan tidur sesuai kebutuhan
|