1)
Payudara
Adanya perubahan pada payudara ibu yang
sebelumnya pada masa hamil sudah dipersiapakan oleh hormon yang menstimulus
perkembangan payudara (estrogen, progesterone, human chorionic gonadotropin,
prolaktin, krotisol, dan insulin). Perubahan yang terdapat pada kedua payudara
antara lain :
a) Prolifirasi jaringan, terutama
kelenjar-kelenjar dan alveolus payudara dan lemak.
b) Pada duktus laktiferus terdapat cairan
yang kadang-kadang dapat dikluarkan, berwarna kuning (kolostrum). Hari-hari
pertama air susu mengandung kolostrum, cairan kuning yang lebih kental daripada
air susu, mengnadung banyak protein albumin dan globulin. Karena banyak
mengandung protein dan mudah dicerna, maka sebaiknya kolostrum jangan dibuang.
c) Pengaruh tekanan estrogen dan
progesterone terhadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh hormone-hormon
hipofisis kembali, antara lain prolaktin. Pengaruh oksitosin mengakibatkan
mioepitelium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi, sehingga pengeluaran air susu
terjadi. Umumnya produksi air susu baru keluar betul pada hari ke 2-3
postpartum.
Selain pengaruh hormone tersebut diatas,
salah satu rangsangan terbaik untuk mengeluarkan air susu adalah dengan
menyusui bayi itu sendiri. Kadar prolaktin akan meningkat dengan perangsangan
fisik pada putting payudara sendiri.
2) Involusi
Involusi atau pengerutan uterus
merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan
berat sekitar 60 gram.
a) Involusi Uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan
sebelum hamil setelah melahirkan.(Bobak,dkk,2005:493).
b) Proses involusi uterus
Pada akhir kala III persalinan, uterus
berada di garis tengah, kira – kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian
fundus bersandar pada promontorium saklaris. Pada saat ini besar uterus kira –
kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat
1000 gram.(Bobak,dkk,2005:493)
c) Perubahan – perubahan normal pada uterus
selama post partum
Pada persalinan normal atau post sectio
cesaria setelah plasenta lahir konsistensi uterus secara berangsur - angsur
menjadi kecil sehingga akhirnya kembali sebelum hamil. Tetapi pada post operasi
sectio cesaria mungkin akan terjadi perlambatan akibat dari adanya luka oprasi
pada uterus.
Tabel 2.1
Perubahan uterus masa nifas
Involusi uteri
|
Tinggi fundus uteri
|
Berat uterus
|
Diameter uterus
|
Palpasi cervik
|
Plasenta lahir
|
Setingi pusat
|
1000 gr
|
12,5 cm
|
Lembut/ lunak
|
7 hari
( minggu 1)
|
Pertengahan pusat dan shympisis
|
500 gr
|
7,5 cm
|
2 cm
|
14 hari (minggu 2)
|
Tidak teraba
|
300 gr
|
5 cm
|
1 cm
|
6 minggu
|
Normal
|
40-60 gr
|
2,5 cm
|
menyempit
|
Sumber :
(Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan : 238)
3) Lochea
Lochea
adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa
nifas. Lochea terbagi menjadi tiga jenis, yaitu : lochea rubra, lochea serosa
dan lochea alba.
Pada
awal pemulihan post persalinan adalah merah terang, berubah menjadi merah tua
atau coklat kemerah-merahan, itu mungkin berisi sedikit gumpalan-gumpalan atau
bekuan –bekuan. Lochea hanya untuk menunjukkan pemulihan uterin.
a) Lochea rubra
Lochea rubra terdiri dari sebagian besar darah, decidu dan
robekan-robekan tropoblastik dan bakteri (Cunningham dkk, 1989). Darah memucat,
menjadi pink atau coklat setelah 1 sampai 3 hari.
b) Lochea serosa
Lochea serosa terdiri dari darah yang sudah tua (coklat), banyak serum, leukosit
dan jaringan sampai kuning cair 3 sampai 10 hari.
c) Lochea alba
Lochea alba terus ada
hingga kira-kira 2 sampai 6 minggu setelah persalinan. Kekuningan berisi
selaput lendir leucocye dan kuman yang telah mati.
Jumlah lochia
digambarkan seperti sangat sedikit, sedikit, moderat dan berat (Jacobson, 1985)
:
a) Sangat sedikit - darah hanya ada pada
tisu ketika dihapus atau kurang dari 2,5 cm ( 1 in) pada pembalut.
b) Sedikit – kurang dari 10 cm (4 in) noda
pada pembalut.
c) Moderat – kurang dari 15 cm (6 in) noda
pada pembalut.
d) Berat – memenuhi pembalut dalam 1 jam.
1)
Fase
Taking In
Fase ini merupakan
periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama samapi hari kedua
setelah melahirkan. Pada saat itu, focus perhatian ibu terutama pada dirinya
sendiri. Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurant
tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini memebuat ibu cenderung menjadi pasif
terhadap lingkungannya. Komunikasi yang baik sangat diperlukan pad fase ini.
2)
Fase
Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bay, selain itu
perasaannya sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya
kurangb hati-hati. Pada saat ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini
merupkan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat
diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
3)
Fase
Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima
tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan
untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
0 comments
Post a Comment